Jumat, 13 November 2020

Batak Sejati

 


Keyakinan nenek moyang orang batak, mempercayai  adanya tiga alam, yang disebut dengan Alam atas (Banua ginjang) di mana di percaya Tuhannya berada (Hadewataon), Alam Kehidupan dimana manusia berada (Banua Tonga) dan Alam Bawah dimana Manusia yang telah meninggal berada (Banua Toru).

Ketiga Alam tersebut digambarkan dalam bendera batak, dimana dalam Upacara ritual didirikan bendera didepan berwarna hitam, di kanan berwarna putih dan di kiri berwarna merah.

Dalam aktifitas adat batak juga digambarkan ketiga alam tersebut dengan peran Hula-hula, Dongan Tubu dan pihak parboru.

Ciri tersebut juga di gambarkan dalam benang tiga bolit yang menggambarkan tiga alam yang saling berkaitan sebagai ciri “Bangso Batak” yang selalu ingat akan asalnya, kehidupannya dan kembalinya nanti.

Itulah sebabnya orang batak menaikkan doa dan persembahannya diatas 3 kaki yang disebut dengan “Langgatan”.

Tolu do pat ni langgatan, tolu goli-golina

Sada ihot do na salu I, sitolu suhi, sitiga goli-goli



Doa dan persembahan diangkat dan dipanjatkan melalui ketiga pilar tersebut kepada Ompu Mulajadi Nabolon (pada saat ini tentu doa dan persembahan diangkat pada keyakinan masing-masing pribadi, namun ketiga pilar adalah ciri yang tidak dapat dirubah untuk menjadi jati diri seorang batak).

Dengan demikian sebagai orang batak haruslah memiliki ketiga ciri pilar tersebut, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih seperti kaki langgatan.

Pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai  :

I. Bonana (Batangnya) atau silsilahnya. Menghargai silsilah leluhurnya sebagai jalan kehidupan berada di dunia ini. “Mula ni bangso, mula ni batak, mulani Houm dohot mulani marga (awalnya bangsa batak dimulai dari kaum dan marga). Sian Tarombo batak tarida marga dohot Houm (dari tarombo bataklah diketahui marga dan kaum). Bagi masyarakat batak sangat menghargai satu dengan yang lain, maka untuk penghargaan setiap keturunan tersebut, siapapun orangnya, miskin ataupun kaya selalu menghargai keturunan satu sama lain dengan menyebut raja. Sehingga dengan mengetahui tarombo dia sudah menunjukkan seorang batak. Dengan tarombo pula partuturan (tali persaudaraan) diberikan penghargaan pada orang yang tepat. Karena tarombo akan menjadi penunjuk siapa kah yang tertua yang layak mendapat penghargaan (Fasilitas) namun sekaligus juga amanat (tanggung jawab).
 
II.  Ngoluna (Aktifitas kehidupannya). Membentuk dirinya “Parhata Raja dohot Paradat Raja, sian patik dohot uhum batak” (Pembicara yang tegas bijaksana dan menjalankan adat yang benar berdasarkan aturan dan hukum yang dapat diterima semua orang). Maka tidak jarang dalam acara adat batak, seharian penuh dengan acara adat. Sedangkan isi dari adat itu sebenarnya adalah pemberian penghargaan sesuai peran yang dihargai, sehingga dapat diterima dan disahkan oleh hadirin yang hadir sebagai saksi. Maka bagi seorang batak apabila mendapat sebutan “ndang maradat”(tidak memiliki adat) adalah sangat hina.
 
III. Rupana (warna fisiknya). Membawa citra seorang batak. Menghargai Leluhurnya,  menjaga harta pusaka, sehingga keturunannya dapat mengingat, menghargai dan mengenal leluhurnya, membuat “Tambak na pir” yaitu tempat tulang belulang leluhur ditempat yang tidak rusak oleh alam(inilah sebabnya orang batak berlomba-lomba membangun tugu masing-masing keluarganya, namun terjadi pergeseran pandangan dari tambak na pir menjadi tambak na timbo dan besar untuk menunjukkan kehebatan keluarganya). Inilah yang disebut juga dengan Menghargai Pusaka peninggalan leluhur contohnya Ulos dan lain sebagainya. Dengan melihat saja kita tau dia seorang batak, dengan melihat respon terhadap marga lain dia seorang batak (mangkuling mudarna), siap bela kawan (dah ketauan bataknya).

 Demikianlah ketiga hal tersebut membentuk jadi diri seorang batak. Jangan sebut dirimu Batak bila tidak mengetahui Tarombo sebagai dasar untuk bertutur sapa antara keluarga dan kaum mu. Jangan sebut dirimu Batak bila tidak memiliki adat dan perkataan raja bertutur kata yang tegas lugas namun sopan memiliki adat yang benar. Jangan sebut dirimu Batak bila dalam kehidupanmu tidak menunjukkan ciri kebatakan mu yaitu menggunakan ulos saat acara adat, memberi penghargaan batu na pir pada leluhur dan bangga menunjukkan jati dirimu sebagai orang batak. 

Belajarlah menjadi seorang batak yang sejati, bukan batak yang menjadi bahan olokan anak-anak(batak makan babi) atau di perkotaan (batak itu pencopet), atau di lapo (batak itu peminum tuak), sumber gaduh (suka nyanyi dan gitaran yang keras di malam hari), Tukang bungakan uang (parkoperasi) atau batak banyak taktik sehingga tidak dapat dipercaya.

Karena semua seorang batak dapat saja menganut semua agama dan kepercayaan yang dipilihnya, namun seorang batak tidak dapat merubah dirinya menjadi suku yang lain karena tarombo telah mencatatnya sebagai orang batak. Hanya adat dan citranya yang perlu diasah sehingga Habatahon nya muncul dan bersinar.

Horas ma di hita sude.


Aek Sibulbulon Dalam Aksara Batak